Rider Indonesia sejauh ini masih mengalami kesulitan untuk bersaing di ajang Grand Prix (GP). Menanggapi hal itu, Astra Honda Motor memberikan penjelasan soal sulitnya pembalap Tanah Air tampil di ajang MotoGP atau kelas di bawahnya.
Manajer Motorsport Astra Honda Motor (AHM) Rizky Christanto menerangkan bahwa ada beberapa faktor yang membuat rider Indonesia tak bisa berbicara banyak di pentas internasional. Faktor pertama adalah minimnya infrastruktur di Tanah Air.
Hal itu ia ungkapkan saat menghadiri acara virtual yang digelar PT AHM hari ini, Rabu, 22 Desember 2021. Dalam kesempatan itu, AHM juga turut mengundang pembalap Indonesia yang bersaing di Moto3 musim depan, yakni Mario Suryo Aji.
“Banyak hal yang memengaruhi rider untuk bisa kompetitif di level internasional. Pertama, infrustukturnya, sirkuit. Di Indonesia syukurnya sudah ada Mandalika, yang nantinya akan membantu kita untuk berlatih. Sirkuit adalah salah satu faktor yang paling penting,” kata dia.
Lebih lanjut, Rizky juga membandingkan keunggulan rider negara lain dengan pembalap Tanah Air. Menurutnya, rider luar lebih diuntungkan ketimbang pembalap Indonesia karena banyaknya sirkuit bertaraf internasional di sana.
“Kelebihan rider-rider luar adalah mereka berlatih di sirkuit yang juga dipakai untuk kompetisi internasional, sehingga mereka lebih familiar dengan kondisi sirkuitnya,” lanjut Rizky menambahkan.
Bukan hanya masalah infrastruktur, Rizky juga menjelaskan adanya faktor kedua yang memengaruhi sulitnya rider Indonesia bersaing di pentas GP. Faktor itu adalah cuaca, yang menjadi salah satu penyebab pembalap Tanah Air sulit beradaptasi.
“Di samping itu ada juga, cuaca. Jika temperaturnya 10 derajat dengan trek lurus sepanjang 1 km, pasti sedikit banyak memengaruhi temperatur ban. Dan itu harus diantisipasi sama rider,” jelas Rizky.
Maka dari itu, Honda mencoba untuk memberikan kesempatan kepada pembalap-pembalap Indonesia untuk tampil di ajang GP. Langkah itu diambil untuk bisa mendongkrak performa mereka dan bisa mengimbangi rider-rider luar.